Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2025

Rakyat Kecil dan Ilusi Ketidakberdayaan

Gambar
Sering terdengar di ruang-ruang perbincangan: rakyat kecil tidak bisa korupsi . Seakan korupsi hanyalah dosa kaum bersafari resmi, para penguasa yang bermain anggaran dalam gedung-gedung megah. Namun benarkah demikian? Ataukah ini sekadar ilusi untuk membenarkan luka-luka moral yang kita enggan akui? Kemiskinan memang kerap disebut sebagai alasan, tetapi ia juga bisa menjadi pintu bagi pelanggaran yang tak kalah berbahaya. Ketika kebutuhan mendesak bertemu peluang yang abu-abu, di situlah godaan untuk menyimpang tumbuh subur. Serangan fajar diterima tanpa banyak tanya. Tanah negara dijual diam-diam demi sesuap nasi. Bangunan liar berdiri gagah di atas hak milik negara tanpa izin ataupun rasa bersalah. Bahkan ada kisah nyata pemerintah kota menyediakan lapak gratis untuk berdagang, namun alih-alih dimanfaatkan sebagaimana mestinya, lapak itu disewakan kepada orang lain. Ironisnya, si penerima fasilitas justru berjualan di trotoar, menambah semrawut wajah kota yang sudah lelah. Bukank...

Ketika Panggung Rakyat Dipenuhi Aktor Hedon

Gambar
  Di tengah hiruk-pikuk media sosial yang penuh dengan suara-suara lantang tentang rakyat kecil, aku melihat satu pola yang semakin sering muncul  orang-orang yang berdiri di atas mimbar virtual, mengutuk kemiskinan dan mengkritik kebijakan negara, sambil menyantap makan siang mewah di restoran mahal. Mereka menyebut diri sebagai "wakil suara rakyat", tapi gaya hidup mereka sudah tak jauh berbeda dari para elit yang mereka cela. Lucu memang, melihat seseorang mengunggah kritik tajam soal undang-undang yang dianggap menindas rakyat kecil, dengan caption yang begitu pedas, tapi latar belakang fotonya menunjukkan sepiring wagyu, segelas wine, atau meja makan yang lebih mirip pameran gaya hidup kelas atas. Sambil menyuarakan tentang kelaparan, mereka tak sadar sedang duduk di tengah kenyamanan yang tak tersentuh oleh suara perut keroncongan rakyat yang katanya mereka bela. Apa ini bentuk solidaritas atau sekadar cari panggung? Kadang aku curiga, jangan-jangan ini cara baru untu...

Langit Menghakimi tapi Bumi Menutup diri

Gambar
Kadang aku bertanya-tanya, apa benar yang rusak itu hanya sistem? Atau jangan-jangan, kerusakan itu sudah begitu akrab karena memang tumbuh dari masyarakat itu sendiri? Aku hidup di tengah lingkungan yang katanya “peduli”, “berbudaya”, "beragama" dan “bermoral”. Tapi semakin ke sini, aku makin menyadari, banyak dari kita lebih sibuk membentuk citra… daripada memperbaiki laku. Baru-baru ini, sebuah kejadian tragis kembali menyentil nurani. Sebuah truk bermuatan telur terguling. Sopirnya meninggal dunia. Dan seperti sudah jadi refleks, warga sekitar datang bukan membawa pertolongan, tapi membawa kantong belanja. Telur dijarah habis-habisan. Ponsel sopir pun hilang, entah ikut terguling atau memang "terpindah tangan dengan ikhlas". Yang menyedihkan, ini bukan cerita fiksi. Ini nyata. Dan ironisnya, bisa jadi mereka yang menjarah itulah yang minggu depan ikut demo membela rakyat kecil. Mungkin lupa bahwa yang tergeletak di aspal itu juga rakyat kecil. Aku benar-b...